Bab 2
Proses Sosial dan Interaksi Sosial
A. Pengantar
Manusia merupakan makhluk social yang tidak dapat
hidup tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu, manusia perlu berinteraksi
dengan manusia lainnya. Interaksi social yang menjadi syarat utama terjadinya
aktivitas-aktivitas social ini merupakan hubungan social yang dinamis.
Interaksi social menyangkut hubungan antarperorangan, antarkelompok, atau
antara individu dengan kelompok.
B. Definisi Interaksi Sosial
Interaksi social terjadi jika masing-masing pihak
sadar akan kehadiran pihak lain. Jadi, walaupun orang-orang saling bertatap
muka tetapi tidak saling bicara, tetap telah terjadi suatu interaksi social.
Upaya manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya dilaksanakan melalui
suatu proses yang disebut interaksi social. Interaksi social adalah hubungan
timbal balik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau
kelompok dengan kelompok dalam masyarakat. Interaksi ini bersifat dinamis.
Dalam kenyataan sehari-hari terdapat tiga macam
cakupan dalam definisi interaksi social, yaitu sebagai berikut :
1) Interaksi individu dengan individu.
Individu yang satu memberikan pengaruh, rangsangan, atau stimulus kepada
individu lainnya. Sebaliknya, individu yang terkena pengaruh itu akan
memberikan reaksi, tanggapan, atau respon. Contohnya ketika berjabat tangan,
saling menegur ataupun bertengkar.
2) Interaksi antara individu dengan kelompok.
Secara konkret bentuk interaksi social antara individu dengan kelompok bisa
dilihat pada contoh: seorang dosen sedang mengajari mahasiswa/mahasiswinya di
dalam kelas, atau seorang orator yang sedang berpidato di depan orang banyak.
Bentuk interaksi semacam ini juga menunjukan bahwa kepentingan seorang individu
berhadapan dengan kepentingan kelompok.
3) Interaksi antara kelompok dengan kelompok.
Bentuk interaksi seperti ini menunjukan bahwa kepentingan individu dalam
kelompok merupakan satu kesatuan, berhubungan dengan kepentingan individu dalam
kelompok lain. Contoh nya adalah interaksi para peserta Konferensi Tingkat
Tinggi Gerakan Negara-Negara Nonblok. Setiap kepala Negara atau ketua delegasi
bertindak bukan untuk memenuhi kepentingan pribadinya masing-masing, tetapi
untuk kepentingan bangsa dan Negara.
C. Ciri-ciri Interaksi
Sosial
Ciri-ciri interaksi social :
1) Jumlah pelakunya lebih dari satu orang.
2) Terjadinya komunikasi di antara pelaku melalui kontak social.
3) Mempunyai maksud atau tujuan yang jelas.
4) Dilaksanakan melalui suatu pola system social tertentu.
Pola system social kelak akanmenciptakan suatu pola
hubungan social yang relatif baku atau tetap apabila interaksi social itu
terjadi berulang-ulang dalam kurun waktu yang relatif lama dan di antara para
pelaku yang relatif sama. Pola seperti ini dapat dijumpai dalam bentuk system
niali dan norma.
Secara ideal pola yang melandasi interaksi social
memiliki beberapa syarat anara lain:
1) tujuan yang jelas,
2) kebutuhan yang jelas dan bermanfaat,
3) adanya kesesuaian dan berhasil guna, serta
4) adanya kesesuaian dengan kaidah-kaidah social yang berlaku.
Apabila pola ideal tersebut benar-benar melandasi
hubungan interaksi social dalam kehidupan masyarakat, maka akan tercipta suatu
keteraturan social. Sebaliknya, apabila pola ideal tersebut dilanggar, maka
akan tercipta ketidakteraturan social yang akan menggoyahkan sendi-sendi
kehidupan masyarakat.
D. Faktor-faktor Pendorong Interaksi Sosial
Setiap interaksi social akan melibatkan beberapa
komponen, seperti adanya stimulasi atau rangsangan yang mendorong seseorang
untuk memberikan respon. Hal itu yang menjadi factor pendorong interaksi
social. Respon merupakan tanggapan yang
muncul karena adanya stimulan, baik stimulan yang aktif maupun stimulan yang
pasif.
Secara psikologis, seseorang melakukan interaksi
social dengan orang lain didasari oleh adanya dorongan-dorongan yang bersifat
psikologis-psikologis, antara lain:
1. Imitasi
Imitasi adalah suatu tindakan seseorang untuk meniru segala sesuatu yang
ada pada orang lain. Hal ini disebabkan oleh adanya minat dan perhatian
terhadap objek atau subjek yang akan ditiru serta adanya sikap menghargai dan
menggagumi pihak lain yang dianggap cocok.
2. Identifikasi
Identifikasi erat kaitannya denga imitasi. Identifikasi merupakan upaya yang
dilakukan seseorang untuk menjadi sama (identic) dengan orang yang ditirunya,
baik dari segi gaya hidup maupun perilakunya. Dengan identifikasi kepribadian
seseorang dapat terbentuk.
3. Sugesti
Sugesti adalah rangsangan, pengaruh, atau stimulus yang diberikan seseorang
kepada orang lain sedemikian rupa sehingga orang yang diberi sugesti tersebut
menuruti atau melaksanakan apa yang disugestikannya itu tanpa berpikir lagi
secara kritis dan rasional. Contohnya dari sikap perilaku, pendapat, saran atau
pertanyaan.
4. Motivasi
Motivasi adalah dorongan, rangsangan, pengaruh atau stimulus yang diberikan
seseorang kepada orang lain sedemikian rupa sehingga orang yang diberi motivasi
tersebut menuruti atau melaksanakan apa yang dimotivasikan secara kritis,
rasional, dan penuh rasa tanggung jawab. Motivasi bersifat positif karena dapat
mendorong individu berpikir kritis dan kreatif. Sebaliknya sugesti bersifat
negative karena dapat medorong individual berperilaku irasional.
5. Simpati
Simpati merupakan setiap ketertarikan seseorang terhadap orang lain. Sikap ini
timbul karena adanya kesesuaian nilai yang dianut oleh kedua belah pihak,
seperti pola piker, kebijakan atau penampilan.
6. Empati
Empati hamper mirip dengan sikap simpati. Perbedaannya, sikap empati lebih
menjiwai atau lebih terlihat secara emosional. Misalnya, jika kita melihat
keluarga atau kerabat kita terkena musibah, sikap empati membuat kita
seolah-olah ikut merasakan penderitaan akibat musibah tersebut.
E. Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Syarat terjadinya interaksi social di dalam
masyarakat (dalam Sosiologi Suatu Pengantar, Soerjono Soekanto, 1990) yaitu :
1. Kontak Sosial
Kontak social adalah hubungan antara satu pihak dengan pihak lain yang
merupakan awal terjadinya interaksi social dan masing-masing pihak saling
bereaksi meski tidak harus bersentuhan fisik.
Dalam kehidupan sehari-hari, kontak social dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Kontak social menurut cara-cara yang dilakukan terdiri dari:
1) kontak langsung, yaitu pihak
komunikator menyampaikan pesannya secara langsung
kepada pihak komunikan melalui
tatap muka maupun melalui alat bantu media
komunikasi; dan
2) kontak tidak langsung, yaitu pihak
komunikator menyampaikan pesannya kepada
pihak komunikan melalui perantara
pihak ketiga.
b. Kontak social menurut proses terjadinya, terdiri dari:
1) kontak primer, yaitu yang terjadi
pada saat awal komunikasi social itu berlangsung;
dan
2) kontak sekunder, yaitu apabila
pesan dari komunikator disampaikan kepada
komunikan melalui pihak ketiga
atau melalui media komunikasi.
2. Komunikasi Sosial
Berasal
dari bahasa Latin communicare yang
artinya berhubungan. Komunikasi lebih ditekankan pada bagaimana pesannya itu di
proses. Suatu proses komunikasi dikatakan komunikatif apabila pesan yang
disampaikan diproses secara berdaya guna dan berhasil guna. Dikatakan berdaya guna apabila pesannya disampaikan
secara praktis, efisien, rasional, dan mudah dimengerti. Dikatakan berhasil
guna apabila pesannya itu jelas maksud dan tujuannya sehingga si Komunikan
menanggapi, memenuhi, atau melaksanakan keinginan si Komunikator dengan baik.
Lihat skema proses komunikasi dibawah ini.
Setelah membahas ketiga faktor tersebut,
dapat disimpulkan bahwa proses interaksi sosial baru bisa terjadi apabila:
1. Terdapat pelaku interaksi sosial lebih dari satu orang.
2. Terdapat komunikasi sosial yang jelas di antara para pelaku dengan mempergunakan
symbol- symbol yang jelas, seperti
isyarat, roman muka, tindakan dan percakapan.
3. Terdapat dimensi waktu yang meliputi masa lampau, masa kini, maupun masa
yang
akan datang, yang memperlihatkan
corak dari proses interaksi sosial yang sedang
berlangsung.
4. Terdapat tujuan-tujuan yang hendak dicapai oleh orang-orang yang sedang
berinteraksi
sosial.
F. Bentuk Interaksi Sosial
Bentuk interaksi sosial ada dua, yaitu:
1. Interaksi Sosial
Asosiatif
Bersifat posistif sehingga ada keteraturan integrasi. Bentuk interaksi sosial,
antara lain sebagai berikut.
a.
Kerja Sama (Cooperation)
Kerja sama merupakan bentuk utama dari proses interaksi sosial karena pada
dasarnya interaksi sosial yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang bertujuan untuk memenuhi
kepentingan atau kebutuhan sesama. Kerja sama dapat dibedakan lagi menjadi 4
macam, yaitu:
1) Kerja sama spontan (spontaneous cooperation) yaitu kerja sama yang timbul
secara spontan.
2) Kerja sama langsung ( directed cooperation ) yaitu kerja sama yang terjadi
karena adanya
perintah atasan atau penguasa.
3) Kerja sama kontrak (contractual cooperation) yaitu kerja sama yang
berlangsung atas dasar
ketentuan tertentu yang disetujui
bersama untuk jangka waktu tertentu.
4) Kerja sam tradisional (traditional cooperation) yaitu kerja sama yang
terbentuk karena adanya
sistem tradisi yang kondusif. Kerja
sama ini merupakan unsur-unsur kerukunan dari sistem
sosial.
Pada masyarakat pedesaan, pola kerja sama didorong
oleh motivasi untuk:
1) menghadapi tantangan alam yang masih “keras”,
2) melakukan pekerjaan yang membutuhkan tenaga massal,
3) melaksanakan upacara yang sifatnya sacral (suci), dan
4) menghadapi serangan musuh dari luar.
Pada masyarakat kota yang sudah begitu kompleks struktur
kemasyarakatannya, motivasi kerja samanya adalah sebagai berikut.
1) Memperoleh keuntungan ekonomis secara efektif dan efisien.
2) Menghindari persaingan bebas, maka dibentuklah semacam asosiasi atau perserikatan,
baik di
bidang ekonomi, politik, kesenian,
keolahragaan, dan lain-lain.
3) Menggalang kesatuan dan persatuan bangsa di bidang bela Negara dan cinta
tanah air.
Menurut James D.
Thompson dan William J. Mc Ewen, ada lima bentuk kerja sama bila ditinjau dari
pelaksanaannya, yaitu sebagai berikut.
1) Kerukunan yang meliputi gotong royong dan tolong menolong.
2) Bargaining, yaitu kerja sama yang dilaksanakan atas dasar perjanjian tentang
pertukaran
barang-barang dan jasa antara dua
organisasi atau lebih.
3) Kooptasi (cooptation), yaitu suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam
kepemimpinan
atau pelaksaan politik dalam suatu
organisasi untuk menghindari kegoncangan dalam stabilitas
organisasi yang bersangkutan.
4) Koalisi (coalition), yaitu kerja sama yang dilaksanakan oleh dua organisasi
atau lebih yang
mempunyai tujuan yang sama.
5) Joint-venture (usaha patungan),
yaitu kerja sama yang dilaksanakan karena adanya
pengusahaan proyek-proyek tertentu.
b. Akomodasi
Akomodasi adalah suatu proses penyesuaian sosial dalam interaksi antarindividu
dan antarkelompok untuk meredakan pertentangan. Akomodasi mempunyai dua aspek
pengertian berikut ini.
1) Upaya untuk mencapai penyelesaian suatu konflik atau pertikaian. Jadi, pengertian
ini
mengarah pada prosesnya.
2) Keadaan atau kondisi selesainya suatu konflik atau pertikaian tersebut. Jadi
mengarah
kepada suatu kondisi berakhirnya pertikaian.
Tujuan akomodasi adalah sebagai berikut.
1) Mengurangi perbedaan pandangan, pertentangan politik, atau permusuhan
antarsuku atau
antarnegara.
2) Mencegah terjadinya ledakan konflik yang mengarah pada benturan fisik.
3) Mengupayakan terjadinya akomodasi di antara masyarakat yang dipisahkan oleh
system kelas
atau kasta.
4) Mengupayakan terjadinya proses pembaruan atau asimilasi di antara kelompok
kesukuan
atau ras.
c. Asimilasi (Assimilation)
Asimilasi merupakan proses kearah peleburan kebudayaan sehingga masing-masing
pihak merasakan adanya kebudayaan tunggal sebagai milik bersama. Asimilasi akan
terjadi apabila:
1) ada perbedaan kebudayaan antara kedua pihak,
2) ada interaksi intensif antara kedua pihak, dan
3) ada proses saling menyesuaikan.
Beberapa factor
yang dapat mempermudah terjadinya asimilasi adalah sebagai berikut.
1) Sikap dan kesediaan saling toleransi.
2) Sikap menghargai orang asing dan kebudayaan.
3) Adanya kesempatan di bidang ekonomi yang seimbang.
4) Keterbukaan golongan penguasa.
5) Adanya kesamaan dalam berbagai unsur budaya.
6) Perkawinan campuran.
7) Adanya musuh bersama dari luar.
Beberapa factor
penghambat terjadinya asimilasi adalah sebagai berikut.
1) Adanya isolasi kebudayaan dari salah satu kebudayaan kelompok.
2) Minimnya
pengetahuan dari salah satu kebudayaan kelompok atas kebudayaan kelompok
lain.
3) Ketakutan atau kekuatan kebudayaan kelompok lain.
4) Perasaan superioritas atas kebudayaan kelompok tertentu.
5) Adanya perbedaan ciri-ciri badaniah.
6) Adanya perasaan in-group yang
kuat.
7) Adanya diskriminasi.
8) Adanya perbedaan kepentingan antarkelompok.
d. Akulturasi (Aculturation)
Akulturasi atau culture contact
(kontak kebudayaan) merupakan proses sosial yang timbul akibat suatu kebudayaan
menerima unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing tanoa menyebabkan hilangnya
kepribadian kebudayaan sendiri. Bangsa Indonesia paling tidak sudah mengalami
tiga kontak kebudayaan asing yang besar, yaitu sebagai berikut.
1) Kontak dengan kebudayaan Hindu-Buddha pada zaman kuno (abad ke 1-15)
menghasilkan
akulturasi Indonesia-Hindu/Buddha.
2) Kontak dengan kebudayaan Islam pada zaman madya (abad ke 15-17) menghasilkan
akulturasi Indonesia-Islam.
3) Kontak dengan kebudayaan Barat pada zaman baru (abad ke 17-20) menghasilkan
akulturasi
Indonesia-Barat.
2. Interaksi Sosial Disasosiatif
Interaksi
sosial disasositif bersifat negative sehingga dapat menimbulkan perpecahan. Contohnya
kompetisi, kontraversi, konflik, kekerasan dan lain sebagainya. Bentuk
interaksi sosial adalah sebagai berikut.
a. Persaingan (Competition)
Persaingan adalah suatu perjuangan yang dilakukan perorangan atau kelompok
sosial tertentu agar memperoleh kemenangan atau hasil secara kompetitif, tanpa
, menimbulkan ancaman atau benturan fisik.
Persaingan
memiliki fungsi yang dinamis yaitu:
1) Menyalurkan daya kreativitas yang dinamis.
2) Menyalurkan daya juang yang sifatnya kompetitif.
3) Memberikan stimulus atau rangsangan dinamis untuk berprestasi secara
optimal.
4) Menyeleksi penempatan atau kedudukan seseorang dalam hierarki organisasi
secara tepat
sesuai dengan kemampuannya (the right man in the right place).
5) Menghasilkan spesialisasi keahlian yang menghasilkan system pembagian
kerja secara efektif.
Ruang lingkup
persaingan meliputi berbagai bidang berikut ini.
1) Sosial ekonomi, seperti bidang perdagangan.
2) Sosial budaya, seperti bidang kesenian dan keolahragaan.
3) Sosial politik, seperti bidang pemerintahan dan organisasi politik.
4) Keagamaan, misalnya di antara kelompok-kelompok atau sekte yang berlainan
paham
keagamaan.
Suatu persaingan
diharapkan dapat menghasilkan:
1) perubahan sikap dan kepribadian yang makin mantap,
2) daya juang yang dinamis dan progresif,
3) timbulnya rasa percaya diri,
4) makin kokohnya solidaritas dan kebanggan kelompok.
b. Kontravensi
Kontravensi adalah bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan dan
pertentangan atau konflik. Wujud kontravensi antara lain sikap tidak senang,
baik secara tersembunyi maupun secara terang-terangan yang ditunjukan terhadap
perorangan atau kelompok maupun terhadap unsurunsur kebudayaan golongan
tertentu.
Kontravensi
memiliki lima bentuk, yaitu sebagai berikut.
1) Kontravensi yang bersifat umum, seperti penolakan, keengganan, gangguan
terhadap pihak
lain, dan perbuatan kekerasan.
2) Kontravensi yang bersifat sederhana seperti memaki-maki, menyangkal pihak
lain, mencerca,
memfitnah, dan menyebarkan surat selebaran.
3) Kontravensi yang bersifat intensif, seperti: penghasutan, penyebaaran
desas-desus, dan
mengecewakan pihak lain.
4) Kontravensi yang bersifat rahasia, seperti: mengumumkan rahasia pihak lain
dan berkhianat.
5) Kontravensi yang bersifat taktis, seperti: intimidasi, provokasi,
mengejutkan pihak lawan, dan
menggangu atau membingungkan pihak
lawan.
Tipe-tipe umum
kontravensi meliputi berikut ini.
1) Kontravensi yang menyangkut generasi, misalnya perbedaan pendapat
antara golongan tua
dan golongan muda.
2) Kontravensi yang menyangkut perbedaan jenis kelamin, misalnya perbedaan
pendapat antara
golongan wanita dan golongan pria.
3) Kontravensi parlementer, misalnya pertentangan golongan mayoritas dengan
minoritas di
masyarakat.
c. Pertentangan atau Konflik
Sosial
Pertentangan atau konflik sosial adalah suatu upaya seseorang untuk
mencapai tujuan dengan cara mengalahkan pihak lawan yang disertai dengan adanya
ancaman atau kekerasan.
Sebab-sebab
munculnya konflik antara lain sebagai berikut.
1) Perbedaan pendapat.
2) Perselisihan paham yang berkepanjangan yang mengusik harga diri serta
kebanggan masing-
masing pihak.
3) Benturan kepentingan yang sama.
4) Perbedaan system nilai dan norma dari kelompok masyarakat yang berlainan
kebudayaan.
5) Perbedaan kepentingan politik, baik dalam satu Negara ataupun antarnegara.
Adapun bentuk-bentuk
konflik atau pertentangan, antara lain sebagai berikut
1) Konflik pribadi, yaitu konflik antar individu yang ditandai dengan
rasasaling benci terhadap
pihak lawan.
2) Konflik rasial, yaitu konflik yang terjadi karena adanya perbedaan ciri-ciri
fisik kebudayaan.
Misalnya pertentangan antar ras kulit
putih dengan ras kulit hitam (negro).
3) Konflik antarkelas sosial, konflik yang terjadi karena adanya perbedaan
kepentingan antar-
kelas sosial. Misalnya, konflik
antara majikan dan buruh.
4) Konflik politik, misalnya konflik antarpendukung parpol dalam pemilu.
5) Konflik internasional, pertentangan yang terjadi akibat perbedaan
kepentingan antarnegara
yang akhirnya menyangkut kedaulatan
Negara.
Akibat yang
timbul dari suatu pertentangan (konflik), antara lain sebagai berikut.
1) Bertambahnya solidaritas kelompok.
2) Berubahnya sikap atau kepribadian, baik yang mengarah kepada hal-hal yang
bersifat positif
maupun negatif.
3) Terjadinya perubahan sosial yang mengancam keutuhan kelompok.
4) Jatuhnya korban manusia, rusak dan hilangnya harta benda jika terjadi
benturan fisik.
5) Terjadinya negosiasi diantara pihak-pihak yang bertikai.
6) Timbulnya dominasi oleh salah satu pihak terhadap pihak lain.
Upaya yang
dilakukan untuk mengurangi atau memperbaiki situasi, antara lain sebagai
berikut.
1) Kompromi, yaitu kedua belah pihak
yang bertikai saling mengalah. Mereka saling memberi
dan menerima kebijakan tertentu tanpa
adanya paksaan.
2) Toleransi, yaitu sikap saling
menghargai dan menghormati pendirian masing-masih pihak.
3) Konversi, yaitu slaah satu pihak
bersedia mengalah dan mau menerima pendirian pihak lain.
4) Coersion, yaitu penyelesaian
konflik melalui suatu proses yang dipaksakan.
5) Mediasi, yaitu penyelesaian suatu
konflik dengan mengundang pihak ketiga yang netral dan
berfungsi sebagai penasehat.
6) Arbitrase, yaitu penyelesaian
konflik melalui pihak ketiga yang dipilih oleh kedua belah pihak
yang bertikai.
7) Konsiliasi, yaitu usaha untuk
mempertemukan pihak-pihak yang bertikai dalam suatu
perundingan agar diperoleh
persetujuan bersama.
8) Ajudikasi, yaitu penyelesaian
konflik di pengadilan.
9) Segregasi, yaitu upaya untuk
saling memisahkan diri dan saling menghindar di antara pihak-
pihak yang bertikai dalam rangka
mengurangi keteganggan dan menghilangkan konflik.
10) Gencatan senjata, yaitu
penangguhan konflik untuk jangka waktu tertentu sambil mengupayakan
terselenggaranya upaya-upaya penyelesaian konflik.
Berbagai bentuk
hubungan di atas dapat mendorong terciptanya lembaga-lembaga sosial, baik
lembaga formal maupun nonformal, mendorong terbentuknya kelompok-kelompok
dengan kepentingan tertentu, serta organisasi-organisasi sosial untuk memenuhi
berbagai kebutuhan masyarakat.